Monday 10 August 2015

I found this on Bali Road

Waktu jalan- jalan di Bali, akhir tahun 2014 gw ngeliat mobil ini di jalanan... dan ini langsung banget menarik perhatian aku... Gimana enggak?

Modifikasi motor atau mobil buat kita sudah biasa kan? tapi baru kali ini ngeliat ada yg modifikasi mobil macam begini... 


Diseluruh body mobilnya ditulis coret coretan asal yang membuat kita ketawa. "modif kok mikir, rusak beli lagi". Kalau dipikir pikir sih bener juga, kalau mobil kita rusak, ya kita beli lagi jalan keluarnya... hahahaha... 



Tapi, kalau dipikir secara logika sih, mungkin mobil itu mau di cat ulang kali yah... jd sambil menunggu, menyalurkan bakat terpendam untuk coret coret dulu sebelum nantinya akan di cat ulang juga... 

atauuu... mungkin saja itu cat yang bisa hilang dengan mudah hanya dengan mencuci kan??? 

Yang jelas, mobil ini benar benar menarik perhatian mata di jalan. 😊😊😊😊

Tuesday 7 April 2015

Nggak ada ujungnya

Kita semua pasti pernah ngerasain dimana hidup kita selalu dipertanyakan orang dengan tanpa ujung...

Waktu kita masih sekolah, semua bakal nanyain nanti kuliah dimana??

Pas kita udah kuliah, ditanya lagi rencana kerja dimana.. Bahkan pengalaman aku udah pada menentukan sendiri aku bakalan kerja dimana..
Om: Kamu kuliah jurusan apa sekarang?
Gue: Jurusan komunikasi, Om.
Om: Oh, berarti bakalan kerja di TV dong ya pas udah lulus.. Bagus... bagus...
GUe: @#$%^^#^

Dikira semua lulusan komunikasi bakalan kerja di TV apa yah?? Walaupun pada tahun ke 2 pengalaman kerja gw, gw akhirnya pindah kerja di sebuah TV swasta. Yah, mungkin itu doa Om gue yang akhirya terjadi.

Nah, pada akhirnya gue udah kerja nih (walaupun pindah kesana kemari mencari pekerjaan yang pas), semua orang mulai mengalihkan pertanyaannya ke yang lebih pribadi. Seperti, "Sudah punya calon suami belum?"

Beruntung buat gue, gue udah punya pacar dari semenjak SMA, jadi gue nggak ngalamin tuh cerita tentang kegalauan Jomblo yang terus- terusan ditanyain tentang "mana pacarnya?".

Tapi punya pacar semenjak lama, bukan berarti nggak ada pertanyaan lanjutan loh.
A: Oh, udah punya pacar toh.
B: Udah lama pacarannya?
Gue: Udah, dari SMA
A; Berarti udah berapa tahun dong ini?
Gue: Udah 7 tahunanlah
A: Gila kaya kredit rumah aja sampe 7 tahun
B; Nggak bosen apa segitu lamanya?
C; Nggak ada rencana nikah?
D: Nikahnya kapan dong udah lama pacaran
E:Nggak baik loh pacaran lama- lama
F: Udah segera diresmikan aja
Gue: !@#$%**%$*

Dan mendadak semua orang jadi tahu segala macam hal, dan gue nggak dikasi hak untuk menjawab...

Sampai pada akhirnya gue menikah, masih ada aja pertanyaan yang terus muncul.
A; Udah punya momongan?
B: Udah berapa lama nikah? Udah punya anak dong ya.
C: Udah isi?
D: Hamil berapa bulan?
E: Anaknya udah segede apa?
Gue: DOAIN AJA (jawaban paling klise)

Seperti sudah keharusan, kalau sudah menikah kita harus nanyain anak. Dan nggak akan ada pembicaraan lain selain kapan punya anak. Yang lebih sakit lagi nih kalau faktor belum punya anak jadi faktor orang menilai kita,

F: Kok belum punya anak sih?
G: Sakit ya mba? Kok belum punya anak?
H: Lebih baik ke dokter deh mba, takut ada apa- apa
I: Masalahnya dimana? dikamu atau suami kamu?
J: Emang nggak mau punya anak ya mba?

HELOOOOO!!! gue baru nikah berapa bulan juga.... Anak kan anugrah dari Tuhan,, dikasi atau engganya kan urusan Tuhan.. Kenapa gue jadi yang di judge ini itu...

Yah, tapi memang begitulah,,,, nggak ada ujungnya...

Mungkin kalau gue udah punya anak, gue akan ditanya kapan anak selanjutnya, kapan anaknya nikah, kapan ini, kapan itu, kapan mati mungkin??? Hahahahaha....

Wednesday 28 January 2015

Sembuluh Lake, Central of Borneo

Pasang dan surut.

Bukan, saya bukan sedang membuat sebuah sajak kehidupan yang memang pasang dan surut. Saya hanya menggambarkan apa yang ada di penglihatan saya.

Jadi, selama jadi perantauan di Kalimantan, tentu saja saya ingin melihat apa yang ada di sekitaran kalimantan Tengah, terutama yang nggak terlalu jauh dari kota Sampit. Di kalimantan, buat menuju kemana- mana harus melalui berpuluh- puluh atau bahkan ratusan kilometer. Untung jalanan nggak macet. hehehehe....

Danau Sembuluh ini sebenarnya adalah danau terbesari di Kalimnatan, sampai ada beberapa desa disekitar danau ini. Nah, yang saya lewati adalah desa Bangkal kurang lebih 80 km dari kota Sampit. Kalau menggunakan mobil, kurang lebih satu jam perjalanan, tapi kalau dengan kapal motor hanya 20 menit. Sayangnya, waktu saya kesana, air di Danau ini sedang surut, jadi yang saya lihat hanyalah sedikit genangan air dan lahan yang cukup luas. 

tempat yang dibangun untuk peristirahatan pengunjung. 
Biasanya, kalau air sedang pasang dibawah tempat ini langsung adalah air dari Danau Sembuluh.
sisi sebelah kanan dari tempat peristirahatan yang dibangun. jika surut begini, yang terlihat hanyalah genangan kecil air.
sisi sebelah kiri dari tempat peristirahatan. 
Terlihat sekali kalau tempat ini sungguh besar. Dan di seberang danau ini ada desa lain.




Wednesday 14 January 2015

Mentaya River, Central of Borneo

Berawal dari sebuah kota kecil di Jawa Timur, kota Batu dan kemudian merantau ke Jakarta sebagai anak kuliah, nggak pernah terbersit bahwa saya akan kembali tinggal di sebuah kota kecil lainnya. 

SAMPIT, KALIMANTAN TENGAH.

Mungkin ini yang dibilang rencana Yang Maha Kuasa kita nggak pernah tahu. Jujur saja, saya merencakan karir di Jakarta atau paling tidak kembali ke Malang, bukan ke sebuah kota yang jauh jauh jauh dari rumah. 

Pernah sih, kepikiran bahwa kelak saya akan berlibur ke seluruh pulau di Indonesia, tapi untuk tinggal lebih dari seminggu atau bahkan sampai bertahun- tahun tentu saja itu jauh dari pikiran saya. 

Dan ternyata disinilah saya berada. Rasanya saya kok wajib berbagi tentang kalimantan di blog ini. Hanya menceritakan kalimantan dari presepektif saya, prespektif seseorang yang selalu menuliskan "mudah beradaptasi" di CVnya tapi ternyata sangat susah untuk beradaptasi di pulau terbesar di Indonesia ini. 

Yang paling menyita perhatian saya sejak awal datang ke Sampit adalah sebuah sungai yang jauh lebih besar dari pada bayangan saya akan sungai (dengan pembandingan sungai yang ada di jawa).


SUNGAI MENTAYA, KALIMANTAN TENGAH.


Sudah dari sekolah dasar, saya mempelajari kalau di Kalimantan orang menggunakan sungai sebagai salah satu sarana transportasi. Sejujurnya, saya selalu akan berfikir bahwa mungkin sungai yang ada di Kalimantan sedikit lebih besar dari pada apa yang biasa saya lihat di Jawa. Kebetulan dibelakang rumah nenek saya di Kediri (Jawa Timur) ada sebuah sungai yang kurang lebih lebarnya 2,5 meter. Dan ternyataaaaa...... JAUH LEBIH BESAR. Bahkan saya terheran- heran ada kapal tongkang yang besar yang bisa hilir mudik melalui sungai itu.


Menurut wikipedia: Sungai Mentaya ini merupakan sungai utama yang dapat dilayari perahu bermotor, walaupun hanya 67 persen yang dapat dilayari. Hal ini disebabkan karena morfologi sungai yang sulit, endapan dan alur sungai yang tidak terpelihara, endapan gosong, serta bekas-bekas potongan kayu. Dari Teluk Sampit sungai ini membujur ke arah utara melewati kota Sampit. Di sebelah utara kota Sampit, sungai ini terbagi dalam beberapa anak sungai yang lebih kecil. Salah satunya adalah Sungai Sampit yang membujur ke arah timur laut.

Yang membuat saya terheran- heran adalah banyak orang yang tinggal di pinggiran sungai mentaya. Dan mereka bisa hidup dengan nyaman loh. Lihat saja rumah nelayan ini, jelas- jelas mereka ada di atas sungai. Kalau saya sih, sedikit saja becek di depan rumah pasti sudah malas untuk keluar rumah.

diseberang sungai ada tulisan "SELAMAT DATANG DI SAMPIT" yang bahkan dengan mata telanjangpung kadang susah dibaca karena saking jauhnya. Bayangkan betapa lebarnya sungai Mentaya ini.

Ini yang tadi saya bilang, kapal Tongkang yang besar saja bisa berlayar dan hilir mudik di sungai ini. Padahal kapal sebesar ini biasanya saya lihat ada di laut dan mengangkat minyak. 

Ini kapal Ferry yang digunakan masyarakat buat hilir mudik dari Kota Sampit menuju ke seberang. 

Kalau ngebayangin pelabuhannya dibuat dari semen dan seperti pelabuhan- pelabuhan di Jawa, kita pasti salah besar. Kayu adalah salah satu sumber daya yang paling banyak digunakan di sini, termasuk untuk pelabuhan.

Rumah padat penduduk yang berada di atas air, dan disokong oleh kayu- kayu pilihan khas Kalimantan.

Kalau diperhatikan, kamar mandi berada jauh di luar rumah (namun masih menempel di rumah) dan kalau bentuknya seperti itu, sudah dapat di pastikan kalau toiletnya dengan sistem buang langsung menuju sungai.

Pelabuhan pribadi tepat di belakang rumah. Seperti lifestyle orang kaya luar negeri bukan?

Mungkin mereka memang tidak memiliki mobil, tapi sampan atau kapal adalah salah satu kendaraan yang harus mereka miliki.

Karena Sungai Mentaya punya banyak anak sungai, tentu saja jalan aspalpun terkadang terpotong, dan ini adalah penyambungnya. Jembatan besar yang cukup kokoh, dan lagi- lagi berasal dari Kayu.

Yang menarik dari gambar ini adalah, tanaman yang mereka tanam. Terlihat menyembul di atas sungai namun di pagari dengan kokoh.
  
lebih besar dari pada apa yang saya pikirkan sebelumnya

anak- anak dengan santai bermain bersebelahan dengan kapal yang bersandar

Satu hal yang menjadi konsen utama saya, sungai ini kotor dan berwarna coklat. Apalagi ada banyak kapal yang hilir mudik meninggalkan limbah minyak pada sungai. Walaupun besar dan mengagumkan, warna coklat gelapnya mengurangi keindahan sungai Mentaya ini.

Monday 12 January 2015

Menyusuri Pantai Pulau Dewata, Bali

Bali.

Kalau dengar kata "Bali" pasti langsung kebayang sama pantai, pantai, dan pantai. Jujur aja, gue tiap denger kata Bali rasanya darah gue langsung naik saking exitednya. Dannnnn, ternyata di penghujung tahun 2014 ini gue mendapatkan berkah bisa berlibur ke Bali.


LONGWAY TO DENPASAR

Gue start dari Malang ke Bali dengan menyetir mobil. Berangkat dari Malang jam 13.00 (yang sebenarnya kesiangan, karena pasti sampai di Bali tengah malam). Kita emang nggak pengen jalan malam, karena pengen liat keadaan jalan pas siang itu bagaimana. Selama ini tiap ke Bali pasti memilih jalan malam, yang notabene kanan dan kiri cuma keliatan hitam dan gelap, kalau siang bisa sambil lihat pemandangan.



Ini foto yang kita ambil pas udah mau sampai di PLTU Paiton, kurang lebih 5 jam perjalanan dari Malang.

 PLTU ini adalah salah satu pembangkit listrik yang mensuplai kebutuhan listrik Jawa dan Bali. Pantesan banget gede.
 Emang sih, lebih bagus kalau dilihat pas malam, tapi gue juga baru tahu kalau siang bentuknya seperti ini. Biasanya kalau malam yang keliatan cuma pijaran beribu- ribu lampu.


Seletah melewati Paiton, kita akan menyusuri jalan pantura yang terkenal itu. Terkenalnya karena goyang pantura atau sering terjadi kecelakaan ya? hahahaha.... yang jelas perjalanan lintas utara emang sangat menyenangkan menurutku. Jelas, karena kita pasti melewati pantai, pantai, dan pantai..

Lumayan buat pemandangan 'warming up' sebelum di Bali.


Selama perjalanan dari Malang ke Bali, buat aku yang buta Jalan, Aplikasi ini sangat amat penting banget. Sepanjang perjalanan hanya megandalkan Aplikasi Waze sebagai petunjuk jalan. Untung sebelum perjalanan sudah siap powerbank dan kuota yang berlebih buat menjalankan aplikasi ini.


Sering dengar objek wisata "Baluran" yang katanya adalah Afrikanya Indonesia? Ternyata kalau mau ke pelabuhan Ketapang (penyeberangan menuju Gilimanuk, yang menghubungkan jawa dan Bali) kita lewat loh. Sayang, pas lewat udah gelap dan nggak ada signal karena sepanjang jalan adalah HUTAN. 

Sampai di ketapang tentunya kita harus bayar retribusi dong. Satu mobil Rp 150.000 dan penumpangnya ternyata nggak masuk hitungan. Jadi kalau udah bayar mobil, ya udah. Mau ada orang 10 juga ga nambah bayarnya. Lumayaannnn......


Sampai di Bali sudah tengah malam. Tepatnya 14 jam kemudian dari jam keberangkatan kita dari Malang. Dengan kelelahan yang memuncak, kita langsung tidur. 


HELLO BALI!


Pemandangan dari Balkon kamar. Kami menginap di Ibis Styles Bali Kuta Circle di Jalan By Pass Ngurah Rai, Simpang Dewa Ruci No. 99, Bali. 

Sebagai penebusan lelah setelah perjalanan 14 jam, kami santai santai saja. Nggak ngotot untuk langsung berangkat jalan- jalan. Jadi setelah bangun, kami menikmati fasilitas hotel dulu (saya waktu itu lari dulu di treatmill hotel), mandi, baru kami menyusun rencana akan berangkat kemana.


KUTA BEACH...

Nggak bohong deh, kalau udah ke Kuta rasanya udah ke Bali. Jadi pantai ini harus banget jadi number one destinasi tujuan liburan. Dari hotel sih sebenarnya dekat,, tapiiiii.... tahu sendirilah, mana mungkin Kuta nggak macet?! Sudah hal yang sangat amat wajar sekali rasanya kalau Kuta pasti macet. Kebetulan saya jalan ke Kuta pas siang hari, jadi KUTA belom macet banget.

Tapi ternyata ada masalah yang lain, cari parkiran mobil di KUTA sangat amat susah sekali. Sepanjang pantai nggak ada parkiran buat mobil, jadi kalau mau kesana, lebih baik jalan kaki atau naik sepeda motor saya (parkiran motor sih gampang banget dicari, dimana- mana ada kok). Saya saja akhirnya parkir di BEACHWALK MALL. Yah, dimana lagi cari parkiran gampang, kalau nggak di Mall. Tapi ternyata ada kok parkiran mobil di ujung pantai legian yang bener- bener di ujung dan itupun cuma sedikit banget parkirannya. Jadi, keputusan buat parkir di Mall ternyata ada benarnya juga.

Pantai Kuta siang hari. Siang bolong yang panasnya bukan main aja pantai ini rame pengunjung, gimana pas sunset yang emang ditunggu- tunggu ya?

Sebenarnya rencana awal, kalau kami ke Kuta pengen belajar Surving (disini banyak banget kok kursus surving dadakan), Tatoo (saya sih pilih yang temporary, buat gaya- gayaan doang. Belom berani yang asli, ngebayangin jarum menggambar di kulit rasanya nyeri), dan Kepang Rambut. Karena mikirnya bakalan ke Kuta lagi, jadi hari pertama saya putuskan buat kepang rambut dulu.

Ini foto keponakan aku (keponakannya udah gede ya) yang ikutan di kepang rambut. 

Awalnya ibu pengepangnya menawarkan 150 ribu buat kepang seluruh rambut perorang. Tapi setelah tawar menawar (dan gue pikir ngapain juga dikepang seluruh rambut, ntaran juga bakalan main air di pantai dan kepangannya percuma) akhirnya best price yang aku dapat adalah 100ribu buat dua orang dengan kepangan cuma setengah. 

Dua orang kepang rambut setengah(bagian atas saja), hanya 10 menit. Dan rapi pula hasilnya. Coba kalau saya kepang rambut sendiri, mungkin waktu satu jampun kurang.


PANDAWA BEACH

Setelah dari Kuta, pantai berikutnya yang kami kunjungi adalah pantai Pandawa. Menurut hasil google, pantai ini adalah pantai yang masih belum banyak yang tahu karena memang belum terkenal di turis domestik. 

Lewat jalan tol yang membelah lautan dulu yah. Satu tahun yang lalu sih, waktu mau checkin (sok anak gaul) di tol ini, tulisannya masih 'tengah lautan' sekarang sih sudah ada ternyata.

Jalan menuju PANDAWA bisa dibilang cukup susah, karena nggak lewat jalan yang besar. Tapi tenang kok, banyak sekali petunjuk jalan yang nunjukkin dimana pantai ini berada. Kalau saya sih, mengandalkan aplikasi WAZE (lagi- lagi).


Kalau sudah ketemu tebing yang terbelah begini, tandanya sudah dekat dengan pantai Pandawa. 

Di tebing- tebing itu ada beberapa patung yang sangat besar. Patung ini menggambarkan siapa saja Pandawa itu. Untuk ke pantainya, kita pasti lewat patung- patung ini kok, jadi nggak usah khawatir nggak bisa menikmati keindangan seni patung ini.

Landmark Pantai Pandawa. Sebenarnya ada dua landmarknya, dari arah tebing yang mengarah ke pantai, dan dari pantai yang mengarah ke Tebing. Foto ini diambil dari arah pantai mengarah ke Tebing.

Dan ternyata, Google nggak sepenuhnya benar. Pantainya rameeeeeee banget. Isinya kebanyakan orang Indonesia alias turis domestik. Tapi positif thinkingnya, ini kan musim liburan, pantas saja yang kata Google sepi dan belum banyak yang tahu ternyata pantainya rame banget.

selfie bareng keluarga dulu pas sampai. Latar belakang yang harusnya pantaipun sampe nggak kelihatan saking ramenya pengunjung. 

Di pantai Pandawa, banyak yang menyewakan Kano yang akan kita dayung sendiri. Kebetulan pas saat itu saya mendapatkan harga Rp. 50.000 untuk kano yang besar (muat untuk 4 orang dewasa). 


TANJUNG BENOA BEACH

Sudah nggak asing kan dengan nama Tanjung Benoa, disini pusatnya watersport. Dari ujung pantai sampai ujung pantai semuanya menawarkan Watersport. Mulai dari snorkeling, parasailing, banana boat, diving, sea walker, dan lainnya yang masih banyak lagi. Kalau saya sih menyarankan siapapun yang mau watersport di sini mendingan menghubungi travel agent terlebih dahulu. Bisa diantar dan dijemput dari hotel, harga watersportnyapun lebih murah. Saya sudah membuktikan nih, berhubung abang saya nggak percaya kalau lewat travel agent lebih murah, akhirnya kami datang langsung. Dan benar saja, harganya jauh lebih mahal. Sedikit menyesal, tapi apa daya nasi telah menjadi bubur. Akhirnya kami terima saja harga yang diberikan, dengan pengorbanan mengurangi beberapa kegiatan watersport yang awalnya di rencanakan.


Pantai Tanjung Benoa. Disini nggak disarankan buat berenang, karena ada banyak alat watersport yang bakalan jadi bahaya buat yang berenang. Yah, kebayang kan kalau kita lagi berenang, tiba- tiba ada jetski atau banana boat yang lewat. 


Kami akhirnya cuma naik banana boat dan snorkeling. Ini adalah perjalanan di kapal menuju spot snorkeling. 

tempat snorkelingnya ternyata adalah tempat diving dan seawalker juga. Yang berbeda adalah alat yang kami gunakan. Kalau snorkeling yah hanya pake alat pernaafasan sederhana dan baju pelampung. 

kapal kapal dibelakang kami adalah spot awal untuk seawalker. Jadi intinya sih kami dapat pemandangan bawah laut yang sama. Sayangnya, emandangan bawah laut di Tanjung Benoa bukanlah pemandangan laut yang bagus. Apalagi kami terapung di laut yang cukup dalam (karena juga bersama orang lain yang diving dan menyelam dibawah kami). Mungkin memang nusa lembongan atau spot diving di pantai Ahmed yang harus di coba (katanya sih lebih bagus).


PS: Menurut hasil googling sih, di daerah Nusa Dua ada pantai Water Blow. Dipantai ini kita bisa melihat ombak pecah yang sangat bagus untuk latar foto. Dan saya baru nyadar pas udah mau pulang dari Bali, jadi nggak sempet lagi ke daerah Nusa Dua. Jadi kalau ke Nusa Dua jangan lupa mampir pantai Water Blow yah. Katanya sih belum banyak yang tahu... 



PANTAI SANUR

Pantai Sanur sebenarnya terkenal dengan sunrise, yang notabene pas saya di sana jam 6 pagi. Tapiiiii saya baru menginjakkan kaki di Sanur jam 10 pagi. Jadi, keindangan matahari terbit tak bisa saya nikmati tapi tetap tak mengurangi keindahan pantai Indonesia yang super bagus kok. 

Ternyata pantai Sanur adalah salah satu akses menuju Nusa Lembongan. Disini banyak banget travel agent yang menawarkan kapal untuk menyebrang ke pulau Nusa Lembongan. Rasanya harus menyisihkan satu hari khusus untuk menyebrang ke pulau Nusa Lembongan lain kali. 


GARUDA WISNU KENCANA

Sebenarnya saya sudah beberapa kali ke Bali, tapi kebetulan belum pernah ke GWK. Ada beberapa gosip yang saya dengar tentang tempat ini, yang belum selesai pembangunannya ataupun harga masuknya yang di bandrol cukup tinggi. Tapi, kali ini saya emang sengaja dan ngotot banget pengen ke GWK. Penasaran, apa sih GWK itu dan bagaimana seniman Bali menuangkan jiwa seninya.


GWK punya kompleks tersendiri yang masuk melalui gate besar dan mewah. Sepanjang jalan kita akan banyak lihat patung- patung hewan, kalau ngajak anak kecil sih lumayan nih, pasti seneng liat patung- patungnya.

Setelah bayar parkir, kita akan disambut dengan pemandangan tebing yang tinggi ini. Sepertinya ini adalah bekas gunung kapur yang telah ditambang, tapi bisa jadi bagus seperti ini. 

Setelah menyusuri tebing kapur yang indah, kita akan mencapai lapangan parkir yang cukup luas. Diujung lapangan parkir, ada loket khusus untuk membeli tiket masuk GWK. Tiket masuknya Rp 50.000 per orang.

ini loh patung Garuda yang menjadi icon GWK. Banyak banget orang yang berebut mau foto berlatar belakang patung GWK ini. 

kalau ini patung Wisnu (fyi, akan ada patung tangan wisnu yang berada di antara tebing kapur dekat pintu masuk, tapi pas saya kesana masih dalam konstruksi)

belum afdol kalau belum selfie bersama Patung Wisnu.

Kalau ini disebut patung Kura. Mungkin karena ada kura- kura yang memancurkan airnya. Lumayan duduk disini untuk berteduh, karena rata- rata di GWK panasnya bukan main.

Setelah melihat patung- patung, kita akan diarahkan menuju Auditorium untuk menyaksikan pertunjukan seni dari Bali. Waktu saya kesana sih, pertunjukan ini ada setiap satu jam sekali. Dan yang paling istimewa ada tari kecak pada pukul 18.00 (saya nggak nonton, karena saya sampe GWK sekitar jam 12, kalau nunggu jam 6 sore bisa gosong di GWK. Hehehehe.. ) jadi kalau mau ke GWK mungkin waktu kedatangannya bisa di atur biar bisa liat tari kecak yang mendunia itu.

ini ceritanya tari topeng monyet ala bali

tari cendrawasih ala bali

ini bentukan leak ala bali

setelah melihat pertunjukan, kita dipersilahkan buat foto bersama penampil. Sediakan uang pecahan kecil untuk secara sukarela memberi kepada para penampil ini pas kita foto. Kalau saya sih setiap penampil yang saya ajak foto saya kasi sekitar 5 ribu sampai 10 ribu rupiah.  

di GWK, juga ada beberapa gambaran tentang asal muasal GWK itu sendiri. Tinggal lihat gambaran dan baca tulisan yang terdiri dari beberapa bahasa, kita bisa tahu sejarah tempat ini .

ditaman yang luas GWK juga tersedia persewaan segway, kalau mau main- main sambil membuang waktu.


PANTAI PADANG- PADANG

Bagi pencinta film, pasti sangat familiar sama film Eat, Pray, Love yang di perankan oleh Julia Roberts kan? Nah, dipantai inilah film ini dibuat. Kalau dari GWK, kita tinggal menyusuri jalanan ke atas pasti ketemu kok pantai ini (saya kembali mengandalkan Waze).

setelah parkir dibagian atas, kita akan menyusuri tebing kecil ini untuk menuju pantai. Bau lembab tebing akan menemani di perjalanan singkat menuju pantai. 

Ini dia keindahan pantai padang- padang. Ada bendera yang menunjukkan bahwa pantai ini cukup berbahaya buat dipakai berenang, jadi kalau mau main air jangan terlalu ke tengah ya. 

kebanyakan yang datang ke pantai ini adalah bule yang ingin menikmati pantai privat mereka sendiri

buat yang menggunakan barang elektronik, lebih baik hati- hati karena ada kemungkinan ombak tiba- tiba menyapu hingga ujung pantai. Saya saja yang awalnya nggak mau basah, jadi basah karena airnya. 

PS: secara jujur sih, saya akan lebih menyarankan untuk ke pantai Padang- Padang dari pada ke pantai Pandawa. Lebih indah dan privat rasanya. 


ULUWATU

Kalau dari pantai padang- padang, tingal mengikuti jalanan dan kita akan sampai ke ULUWATU. Pura yang berada di ujung tebing pinggir pantai ini emang menjadi salah satu tempat utama kalau ke Bali.
kita pakai kain penutup dulu kalau pakai celana pendek, menghargai tempat ibadah teman- teman Hindu.

keindahan laut lepas dari Uluwatu.

pura berlatar laut lepas yang sangat indah. disini kita bisa mendengar deburan ombak dan bisikan angin yang sangat menenangkan hati.


DREAMLAND BEACH

Dreamland beach sering disebut sebagai kuta ke dua, jadi penasaran untuk datang kesini. Diawali dengan masuk sebuah komplek besar kepunyaan Tommy Soeharto, Waze menunjukkan untuk berbelok di sebuah kawasan privat bertuliskan nama sebuah club house. Pas nanya ke security untuk mau ke pantainya, mereka mengarahkan kita ke sebuah parkiran. Nah, dari tempat parkir itu, kita akan naik kendaraan seperti angkot dari mobil elf. Tenang saja, naik angkutan ini, kita nggak perlu bayar kok. Sudah termasuk dalam tarif parkir katanya. Tapi kalau mau memberi, juga disediakan kotak untuk sumbangan sukarela.


keindahan alam dari pantai dreamland

kalau mau menyusuri pantai, kita bisa dapatkan spot pantai pribadi kita sendiri. sekali lagi hati hati akan ombak yang bisa menyapu hingga basah semua.


JIMBARAN

Sudah lelah dan mulai bosan dengan pemandangan pantai, kami putuskan untuk kembali ke hotel buat beristirahat sebelum nanti malam diner di Jimbaran. Dihari terakhir kami, kami sengaja pindah hotel buat mencoba hotel- hotel lain di Bali. Dan kebetulan HOTEL NIRMALA JIMBARAN inilah yang menjadi pilihan, karena lelaknya nggak jauh dari jimbaran, GWK, Uluwatu, dll yang sejalan sama jalur pulang kami.

Nirmala hotel punya kolam renang yang berada di lantai 4 hotel, jadi kita bisa langsung melihat langit senja dari kolam renang.


Habis menikmati sunset di Hotel, kami berjalan menuju Jimbaran buat makan malam. Dari hasil Googling, kami sudah tahu kemana kami akan mengarah, namanya Menega Cafe. katanya sih, makan disini enak dan rame banget yang beli. Benar saja, pas sampai daerah jimbaran, cafe ini adalah satu satunya cafe yang ramenya ajubilah ampun. Sebenarnya malas juga harus antri berjam- jam (saya antri satu jam) tapi karena penasaran karena dibilang enak, makanya saya tahankan antri.

dapur bakaran cafe yang berada di paling depan, saya langsung berfikir, kokinya nggak sakit apa yah ini setiap hari bergelut di asap begini tanpa adanya pembuangan asap yang baik.

Antri buat pesan live seafoodnya. Ada juga live lobster yang dari hasil menguping harganya sekitar 1 juta rupiah satu ekor.

Akhirnya setelah mengantri dan memesan, pesanan kami datang juga. Ikan, kerang, cumi, dan sayur (untuk nasi akan langsung diberikan tanpa perlu memesan). Jumlah makan kami hari itu Rp. 450.000 buat 3 orang. 

Sayangnya kami nggak mendapatkan spot makan di pinggir pantai, karena ramenya orang yang makan di restoran itu. Sedikit menyesal sih, melihat restoran lain yang sepi dan pengunjungnya bisa makan di pinggir pantai. Jadi terserah kalian saja kalau mau makan di jimbaran, pilih yang rame dan terkenal, atau pilih yang dipinggir pantai dan lebih romantis. Mungkin saya lain kali akan pilih restoran lain yang lebih sepi dan bisa makan di pinggir pantai. 


BACK HOME

Saat dompet sudah mulai berteriak karena sudah terkuras habis selama di Bali, itu adalah saatnya kami buat pulang. Kami memutuskan untuk mampir ke pasar sukawati dahulu baru kembali ke Jawa. 

menuju pelabuhan gilimanuk ditemai matahari senja yang indah

 Nah, ini dia PLTU PAITON saat malam, dihiasi beribu lampu ijar yang sangat indah.

Terimakasih Bali, sudah menutup 2014 degan indah......