Monday 12 January 2015

Menyusuri Pantai Pulau Dewata, Bali

Bali.

Kalau dengar kata "Bali" pasti langsung kebayang sama pantai, pantai, dan pantai. Jujur aja, gue tiap denger kata Bali rasanya darah gue langsung naik saking exitednya. Dannnnn, ternyata di penghujung tahun 2014 ini gue mendapatkan berkah bisa berlibur ke Bali.


LONGWAY TO DENPASAR

Gue start dari Malang ke Bali dengan menyetir mobil. Berangkat dari Malang jam 13.00 (yang sebenarnya kesiangan, karena pasti sampai di Bali tengah malam). Kita emang nggak pengen jalan malam, karena pengen liat keadaan jalan pas siang itu bagaimana. Selama ini tiap ke Bali pasti memilih jalan malam, yang notabene kanan dan kiri cuma keliatan hitam dan gelap, kalau siang bisa sambil lihat pemandangan.



Ini foto yang kita ambil pas udah mau sampai di PLTU Paiton, kurang lebih 5 jam perjalanan dari Malang.

 PLTU ini adalah salah satu pembangkit listrik yang mensuplai kebutuhan listrik Jawa dan Bali. Pantesan banget gede.
 Emang sih, lebih bagus kalau dilihat pas malam, tapi gue juga baru tahu kalau siang bentuknya seperti ini. Biasanya kalau malam yang keliatan cuma pijaran beribu- ribu lampu.


Seletah melewati Paiton, kita akan menyusuri jalan pantura yang terkenal itu. Terkenalnya karena goyang pantura atau sering terjadi kecelakaan ya? hahahaha.... yang jelas perjalanan lintas utara emang sangat menyenangkan menurutku. Jelas, karena kita pasti melewati pantai, pantai, dan pantai..

Lumayan buat pemandangan 'warming up' sebelum di Bali.


Selama perjalanan dari Malang ke Bali, buat aku yang buta Jalan, Aplikasi ini sangat amat penting banget. Sepanjang perjalanan hanya megandalkan Aplikasi Waze sebagai petunjuk jalan. Untung sebelum perjalanan sudah siap powerbank dan kuota yang berlebih buat menjalankan aplikasi ini.


Sering dengar objek wisata "Baluran" yang katanya adalah Afrikanya Indonesia? Ternyata kalau mau ke pelabuhan Ketapang (penyeberangan menuju Gilimanuk, yang menghubungkan jawa dan Bali) kita lewat loh. Sayang, pas lewat udah gelap dan nggak ada signal karena sepanjang jalan adalah HUTAN. 

Sampai di ketapang tentunya kita harus bayar retribusi dong. Satu mobil Rp 150.000 dan penumpangnya ternyata nggak masuk hitungan. Jadi kalau udah bayar mobil, ya udah. Mau ada orang 10 juga ga nambah bayarnya. Lumayaannnn......


Sampai di Bali sudah tengah malam. Tepatnya 14 jam kemudian dari jam keberangkatan kita dari Malang. Dengan kelelahan yang memuncak, kita langsung tidur. 


HELLO BALI!


Pemandangan dari Balkon kamar. Kami menginap di Ibis Styles Bali Kuta Circle di Jalan By Pass Ngurah Rai, Simpang Dewa Ruci No. 99, Bali. 

Sebagai penebusan lelah setelah perjalanan 14 jam, kami santai santai saja. Nggak ngotot untuk langsung berangkat jalan- jalan. Jadi setelah bangun, kami menikmati fasilitas hotel dulu (saya waktu itu lari dulu di treatmill hotel), mandi, baru kami menyusun rencana akan berangkat kemana.


KUTA BEACH...

Nggak bohong deh, kalau udah ke Kuta rasanya udah ke Bali. Jadi pantai ini harus banget jadi number one destinasi tujuan liburan. Dari hotel sih sebenarnya dekat,, tapiiiii.... tahu sendirilah, mana mungkin Kuta nggak macet?! Sudah hal yang sangat amat wajar sekali rasanya kalau Kuta pasti macet. Kebetulan saya jalan ke Kuta pas siang hari, jadi KUTA belom macet banget.

Tapi ternyata ada masalah yang lain, cari parkiran mobil di KUTA sangat amat susah sekali. Sepanjang pantai nggak ada parkiran buat mobil, jadi kalau mau kesana, lebih baik jalan kaki atau naik sepeda motor saya (parkiran motor sih gampang banget dicari, dimana- mana ada kok). Saya saja akhirnya parkir di BEACHWALK MALL. Yah, dimana lagi cari parkiran gampang, kalau nggak di Mall. Tapi ternyata ada kok parkiran mobil di ujung pantai legian yang bener- bener di ujung dan itupun cuma sedikit banget parkirannya. Jadi, keputusan buat parkir di Mall ternyata ada benarnya juga.

Pantai Kuta siang hari. Siang bolong yang panasnya bukan main aja pantai ini rame pengunjung, gimana pas sunset yang emang ditunggu- tunggu ya?

Sebenarnya rencana awal, kalau kami ke Kuta pengen belajar Surving (disini banyak banget kok kursus surving dadakan), Tatoo (saya sih pilih yang temporary, buat gaya- gayaan doang. Belom berani yang asli, ngebayangin jarum menggambar di kulit rasanya nyeri), dan Kepang Rambut. Karena mikirnya bakalan ke Kuta lagi, jadi hari pertama saya putuskan buat kepang rambut dulu.

Ini foto keponakan aku (keponakannya udah gede ya) yang ikutan di kepang rambut. 

Awalnya ibu pengepangnya menawarkan 150 ribu buat kepang seluruh rambut perorang. Tapi setelah tawar menawar (dan gue pikir ngapain juga dikepang seluruh rambut, ntaran juga bakalan main air di pantai dan kepangannya percuma) akhirnya best price yang aku dapat adalah 100ribu buat dua orang dengan kepangan cuma setengah. 

Dua orang kepang rambut setengah(bagian atas saja), hanya 10 menit. Dan rapi pula hasilnya. Coba kalau saya kepang rambut sendiri, mungkin waktu satu jampun kurang.


PANDAWA BEACH

Setelah dari Kuta, pantai berikutnya yang kami kunjungi adalah pantai Pandawa. Menurut hasil google, pantai ini adalah pantai yang masih belum banyak yang tahu karena memang belum terkenal di turis domestik. 

Lewat jalan tol yang membelah lautan dulu yah. Satu tahun yang lalu sih, waktu mau checkin (sok anak gaul) di tol ini, tulisannya masih 'tengah lautan' sekarang sih sudah ada ternyata.

Jalan menuju PANDAWA bisa dibilang cukup susah, karena nggak lewat jalan yang besar. Tapi tenang kok, banyak sekali petunjuk jalan yang nunjukkin dimana pantai ini berada. Kalau saya sih, mengandalkan aplikasi WAZE (lagi- lagi).


Kalau sudah ketemu tebing yang terbelah begini, tandanya sudah dekat dengan pantai Pandawa. 

Di tebing- tebing itu ada beberapa patung yang sangat besar. Patung ini menggambarkan siapa saja Pandawa itu. Untuk ke pantainya, kita pasti lewat patung- patung ini kok, jadi nggak usah khawatir nggak bisa menikmati keindangan seni patung ini.

Landmark Pantai Pandawa. Sebenarnya ada dua landmarknya, dari arah tebing yang mengarah ke pantai, dan dari pantai yang mengarah ke Tebing. Foto ini diambil dari arah pantai mengarah ke Tebing.

Dan ternyata, Google nggak sepenuhnya benar. Pantainya rameeeeeee banget. Isinya kebanyakan orang Indonesia alias turis domestik. Tapi positif thinkingnya, ini kan musim liburan, pantas saja yang kata Google sepi dan belum banyak yang tahu ternyata pantainya rame banget.

selfie bareng keluarga dulu pas sampai. Latar belakang yang harusnya pantaipun sampe nggak kelihatan saking ramenya pengunjung. 

Di pantai Pandawa, banyak yang menyewakan Kano yang akan kita dayung sendiri. Kebetulan pas saat itu saya mendapatkan harga Rp. 50.000 untuk kano yang besar (muat untuk 4 orang dewasa). 


TANJUNG BENOA BEACH

Sudah nggak asing kan dengan nama Tanjung Benoa, disini pusatnya watersport. Dari ujung pantai sampai ujung pantai semuanya menawarkan Watersport. Mulai dari snorkeling, parasailing, banana boat, diving, sea walker, dan lainnya yang masih banyak lagi. Kalau saya sih menyarankan siapapun yang mau watersport di sini mendingan menghubungi travel agent terlebih dahulu. Bisa diantar dan dijemput dari hotel, harga watersportnyapun lebih murah. Saya sudah membuktikan nih, berhubung abang saya nggak percaya kalau lewat travel agent lebih murah, akhirnya kami datang langsung. Dan benar saja, harganya jauh lebih mahal. Sedikit menyesal, tapi apa daya nasi telah menjadi bubur. Akhirnya kami terima saja harga yang diberikan, dengan pengorbanan mengurangi beberapa kegiatan watersport yang awalnya di rencanakan.


Pantai Tanjung Benoa. Disini nggak disarankan buat berenang, karena ada banyak alat watersport yang bakalan jadi bahaya buat yang berenang. Yah, kebayang kan kalau kita lagi berenang, tiba- tiba ada jetski atau banana boat yang lewat. 


Kami akhirnya cuma naik banana boat dan snorkeling. Ini adalah perjalanan di kapal menuju spot snorkeling. 

tempat snorkelingnya ternyata adalah tempat diving dan seawalker juga. Yang berbeda adalah alat yang kami gunakan. Kalau snorkeling yah hanya pake alat pernaafasan sederhana dan baju pelampung. 

kapal kapal dibelakang kami adalah spot awal untuk seawalker. Jadi intinya sih kami dapat pemandangan bawah laut yang sama. Sayangnya, emandangan bawah laut di Tanjung Benoa bukanlah pemandangan laut yang bagus. Apalagi kami terapung di laut yang cukup dalam (karena juga bersama orang lain yang diving dan menyelam dibawah kami). Mungkin memang nusa lembongan atau spot diving di pantai Ahmed yang harus di coba (katanya sih lebih bagus).


PS: Menurut hasil googling sih, di daerah Nusa Dua ada pantai Water Blow. Dipantai ini kita bisa melihat ombak pecah yang sangat bagus untuk latar foto. Dan saya baru nyadar pas udah mau pulang dari Bali, jadi nggak sempet lagi ke daerah Nusa Dua. Jadi kalau ke Nusa Dua jangan lupa mampir pantai Water Blow yah. Katanya sih belum banyak yang tahu... 



PANTAI SANUR

Pantai Sanur sebenarnya terkenal dengan sunrise, yang notabene pas saya di sana jam 6 pagi. Tapiiiii saya baru menginjakkan kaki di Sanur jam 10 pagi. Jadi, keindangan matahari terbit tak bisa saya nikmati tapi tetap tak mengurangi keindahan pantai Indonesia yang super bagus kok. 

Ternyata pantai Sanur adalah salah satu akses menuju Nusa Lembongan. Disini banyak banget travel agent yang menawarkan kapal untuk menyebrang ke pulau Nusa Lembongan. Rasanya harus menyisihkan satu hari khusus untuk menyebrang ke pulau Nusa Lembongan lain kali. 


GARUDA WISNU KENCANA

Sebenarnya saya sudah beberapa kali ke Bali, tapi kebetulan belum pernah ke GWK. Ada beberapa gosip yang saya dengar tentang tempat ini, yang belum selesai pembangunannya ataupun harga masuknya yang di bandrol cukup tinggi. Tapi, kali ini saya emang sengaja dan ngotot banget pengen ke GWK. Penasaran, apa sih GWK itu dan bagaimana seniman Bali menuangkan jiwa seninya.


GWK punya kompleks tersendiri yang masuk melalui gate besar dan mewah. Sepanjang jalan kita akan banyak lihat patung- patung hewan, kalau ngajak anak kecil sih lumayan nih, pasti seneng liat patung- patungnya.

Setelah bayar parkir, kita akan disambut dengan pemandangan tebing yang tinggi ini. Sepertinya ini adalah bekas gunung kapur yang telah ditambang, tapi bisa jadi bagus seperti ini. 

Setelah menyusuri tebing kapur yang indah, kita akan mencapai lapangan parkir yang cukup luas. Diujung lapangan parkir, ada loket khusus untuk membeli tiket masuk GWK. Tiket masuknya Rp 50.000 per orang.

ini loh patung Garuda yang menjadi icon GWK. Banyak banget orang yang berebut mau foto berlatar belakang patung GWK ini. 

kalau ini patung Wisnu (fyi, akan ada patung tangan wisnu yang berada di antara tebing kapur dekat pintu masuk, tapi pas saya kesana masih dalam konstruksi)

belum afdol kalau belum selfie bersama Patung Wisnu.

Kalau ini disebut patung Kura. Mungkin karena ada kura- kura yang memancurkan airnya. Lumayan duduk disini untuk berteduh, karena rata- rata di GWK panasnya bukan main.

Setelah melihat patung- patung, kita akan diarahkan menuju Auditorium untuk menyaksikan pertunjukan seni dari Bali. Waktu saya kesana sih, pertunjukan ini ada setiap satu jam sekali. Dan yang paling istimewa ada tari kecak pada pukul 18.00 (saya nggak nonton, karena saya sampe GWK sekitar jam 12, kalau nunggu jam 6 sore bisa gosong di GWK. Hehehehe.. ) jadi kalau mau ke GWK mungkin waktu kedatangannya bisa di atur biar bisa liat tari kecak yang mendunia itu.

ini ceritanya tari topeng monyet ala bali

tari cendrawasih ala bali

ini bentukan leak ala bali

setelah melihat pertunjukan, kita dipersilahkan buat foto bersama penampil. Sediakan uang pecahan kecil untuk secara sukarela memberi kepada para penampil ini pas kita foto. Kalau saya sih setiap penampil yang saya ajak foto saya kasi sekitar 5 ribu sampai 10 ribu rupiah.  

di GWK, juga ada beberapa gambaran tentang asal muasal GWK itu sendiri. Tinggal lihat gambaran dan baca tulisan yang terdiri dari beberapa bahasa, kita bisa tahu sejarah tempat ini .

ditaman yang luas GWK juga tersedia persewaan segway, kalau mau main- main sambil membuang waktu.


PANTAI PADANG- PADANG

Bagi pencinta film, pasti sangat familiar sama film Eat, Pray, Love yang di perankan oleh Julia Roberts kan? Nah, dipantai inilah film ini dibuat. Kalau dari GWK, kita tinggal menyusuri jalanan ke atas pasti ketemu kok pantai ini (saya kembali mengandalkan Waze).

setelah parkir dibagian atas, kita akan menyusuri tebing kecil ini untuk menuju pantai. Bau lembab tebing akan menemani di perjalanan singkat menuju pantai. 

Ini dia keindahan pantai padang- padang. Ada bendera yang menunjukkan bahwa pantai ini cukup berbahaya buat dipakai berenang, jadi kalau mau main air jangan terlalu ke tengah ya. 

kebanyakan yang datang ke pantai ini adalah bule yang ingin menikmati pantai privat mereka sendiri

buat yang menggunakan barang elektronik, lebih baik hati- hati karena ada kemungkinan ombak tiba- tiba menyapu hingga ujung pantai. Saya saja yang awalnya nggak mau basah, jadi basah karena airnya. 

PS: secara jujur sih, saya akan lebih menyarankan untuk ke pantai Padang- Padang dari pada ke pantai Pandawa. Lebih indah dan privat rasanya. 


ULUWATU

Kalau dari pantai padang- padang, tingal mengikuti jalanan dan kita akan sampai ke ULUWATU. Pura yang berada di ujung tebing pinggir pantai ini emang menjadi salah satu tempat utama kalau ke Bali.
kita pakai kain penutup dulu kalau pakai celana pendek, menghargai tempat ibadah teman- teman Hindu.

keindahan laut lepas dari Uluwatu.

pura berlatar laut lepas yang sangat indah. disini kita bisa mendengar deburan ombak dan bisikan angin yang sangat menenangkan hati.


DREAMLAND BEACH

Dreamland beach sering disebut sebagai kuta ke dua, jadi penasaran untuk datang kesini. Diawali dengan masuk sebuah komplek besar kepunyaan Tommy Soeharto, Waze menunjukkan untuk berbelok di sebuah kawasan privat bertuliskan nama sebuah club house. Pas nanya ke security untuk mau ke pantainya, mereka mengarahkan kita ke sebuah parkiran. Nah, dari tempat parkir itu, kita akan naik kendaraan seperti angkot dari mobil elf. Tenang saja, naik angkutan ini, kita nggak perlu bayar kok. Sudah termasuk dalam tarif parkir katanya. Tapi kalau mau memberi, juga disediakan kotak untuk sumbangan sukarela.


keindahan alam dari pantai dreamland

kalau mau menyusuri pantai, kita bisa dapatkan spot pantai pribadi kita sendiri. sekali lagi hati hati akan ombak yang bisa menyapu hingga basah semua.


JIMBARAN

Sudah lelah dan mulai bosan dengan pemandangan pantai, kami putuskan untuk kembali ke hotel buat beristirahat sebelum nanti malam diner di Jimbaran. Dihari terakhir kami, kami sengaja pindah hotel buat mencoba hotel- hotel lain di Bali. Dan kebetulan HOTEL NIRMALA JIMBARAN inilah yang menjadi pilihan, karena lelaknya nggak jauh dari jimbaran, GWK, Uluwatu, dll yang sejalan sama jalur pulang kami.

Nirmala hotel punya kolam renang yang berada di lantai 4 hotel, jadi kita bisa langsung melihat langit senja dari kolam renang.


Habis menikmati sunset di Hotel, kami berjalan menuju Jimbaran buat makan malam. Dari hasil Googling, kami sudah tahu kemana kami akan mengarah, namanya Menega Cafe. katanya sih, makan disini enak dan rame banget yang beli. Benar saja, pas sampai daerah jimbaran, cafe ini adalah satu satunya cafe yang ramenya ajubilah ampun. Sebenarnya malas juga harus antri berjam- jam (saya antri satu jam) tapi karena penasaran karena dibilang enak, makanya saya tahankan antri.

dapur bakaran cafe yang berada di paling depan, saya langsung berfikir, kokinya nggak sakit apa yah ini setiap hari bergelut di asap begini tanpa adanya pembuangan asap yang baik.

Antri buat pesan live seafoodnya. Ada juga live lobster yang dari hasil menguping harganya sekitar 1 juta rupiah satu ekor.

Akhirnya setelah mengantri dan memesan, pesanan kami datang juga. Ikan, kerang, cumi, dan sayur (untuk nasi akan langsung diberikan tanpa perlu memesan). Jumlah makan kami hari itu Rp. 450.000 buat 3 orang. 

Sayangnya kami nggak mendapatkan spot makan di pinggir pantai, karena ramenya orang yang makan di restoran itu. Sedikit menyesal sih, melihat restoran lain yang sepi dan pengunjungnya bisa makan di pinggir pantai. Jadi terserah kalian saja kalau mau makan di jimbaran, pilih yang rame dan terkenal, atau pilih yang dipinggir pantai dan lebih romantis. Mungkin saya lain kali akan pilih restoran lain yang lebih sepi dan bisa makan di pinggir pantai. 


BACK HOME

Saat dompet sudah mulai berteriak karena sudah terkuras habis selama di Bali, itu adalah saatnya kami buat pulang. Kami memutuskan untuk mampir ke pasar sukawati dahulu baru kembali ke Jawa. 

menuju pelabuhan gilimanuk ditemai matahari senja yang indah

 Nah, ini dia PLTU PAITON saat malam, dihiasi beribu lampu ijar yang sangat indah.

Terimakasih Bali, sudah menutup 2014 degan indah......

No comments:

Post a Comment