Tuesday, 27 April 2010

dapur suku Baduy

25 April 2010

Pada waktu itulah saya sebagai bagian dari Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara berkunjung ke suku Baduy di Jawa Barat.

Di suku tersebut tentu banyak peraturan yang harus mereka patuhi sebagai masyarakat adat. Dan begitupun juga peraturan itu berlaku bagi kami yang berkunjung.

Sebagai seorang wanita, tentu yang seringkali menjadi sebuah daya tarik adalah, bagaimanakah mereka memasak? Bagaimanakah dapurnya?

Saya tergelitik untuk melihatnya, dan disanalah peraturan itu juga mengikat hingga urusan dapur.





Dapur orang Baduy, sangatlah sederhana. Hanya terdapat satu tungku yang memasaknya menggunakan kayu serta peralatan memasak. Mungkin hal ini terdapat juga di suku- suku terpencil lainnya.
Namun yang menarik perhatian saya adalah, letak tungku itu berada. tungkunya berada di dalam rumah yang notabene adalah rumah panggung yang berlantaikan bambu. Jadi tungku itu berada diatas bambu, yang hanya terpisah dengan tanah yang diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan kayu sebagai bahan bakar bisa menyala tanpa mengenai bambu yang adalah lantai rumah. Pengaturan dapur yang begini tentu bisa memperbesar kemungkinan rumah terbakar. Namun, kembali lagi. Itu adalah peraturan adat yang sudah turun temurun. Apa boleh buat.

Yang menarik lagi mengenai dapur orang baduy adalah cara menyimpan makanan dengan menggantungnya. Jika kita biasanya menyimpan di lemari atau di kulkas, mereka dengan tenang menggantungnya. Ini digunakan untuk menghindari kucing atau binatang lain menyentuh makanan mereka.

Kreatif. Mungkin hanya kata itu yang mampu saya utarakan. Mereka bisa mensiasati segala macam kesulitan yang ada. Kesulitan karena mudah terbakar, mereka siasati dengan membuah batasan yaitu tanah dari lantai bambu mereka. Kesulitan dalam menyimpan makanan, mereka siasati dengan membuah gantungan makanan.

Setiap kesulitan tentu ada jalan keluarnya jika kita KREATIF.

No comments:

Post a Comment