Thursday, 29 April 2010

Berkenalan dengan Profesor GOOGLE

Profesor.

Entah mengapa presepsi saya selalu mendorong saya untuk berfikir bahwa orang tersebut botak, pintar, dan sudah tua. Kita bisa selalu bertanya tentang apa yang menjadi masalah kita tentang ilmu yang dia kuasai, dan dengan mudah kita mendapat jawaban.

Karena setiap saat yang saya lakukan adalah membuka Google. Mencari jawaban atas segala tugas saya di google. mencari referensi penelitian dari google. Mencari tempat liburan yang nyaman. Mencari teman lama saya yang sudah entah dimana berada. Maka saya menganggap Google adalah profesor saya. Karena GOOGLE TAHU SEGALANYA!

Saya sangat bangga setelah berkenalan dengan Google dan menjadi bagian darinya, dengan bisa melihat tulisan saya di (otak profesor) Google.

Dan ternyata bukan cuma saya saja yang akan sangat bangga jika tercatat di (otak profesor) Google. Namun, seorang teman saya yang juga mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi. Karenanya kami membuat blog (sebenarnya juga merupakan tugas kuliah kami), dan mendaftarkannya di Google sebagai tahap perkenalan kami dengan sang profesor.

Teman saya, sebut saja Vani, mencari blognya yang telah di daftarkan di Google sebelumnya. Ia mengharap namanya akan tercatat dengan jelas di Google.
Vani: mulai membuka halaman 86 (halaman Google). Dan mencari alamat blognya dengan teliti.
Google: Tenong! (bunyi seperti di kuis yang menyatakan anda salah menjawab atau gagal) ANda KURANG BERUNTUNG!
Vani: beranjak ke halaman 85, membacanya dengan teliti lagi.
google: Tenong!! Maaf!!
Vani: halaman 84, 83, 82, 81, 80, dst
Google: Tenong!!! Tenong!!! Tenong!!! Tenong!!!Tenong!!! Tenong!!!Tenong!!!!!!!!
Vani: Membuka halaman 1.
Google: TEEEEEEEEEEENNNNNNNNNNNNOOOOOOOOOOONNNNNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGG!!!!!!!!!!!
Vani: *PANIK dan mulai meminta pertolongan saya...
Jadi tadi itu gue #&%$@!*&^%$#@&#
Saya: Jiahauhahahauhuhuahauhuhauhauhauhuaahuhauhua..... *ngakak sambil guling- guling ditanah!!! (Setengah khawatir punya temen rajin banget, nyariin blog dia dari halaman 1 sampai 86!)


Namun ada tiga hal yang bisa saya petik dari pengalaman Vani:
1. Ketekunan terkadang bisa menjadi pedoman saat diri sudah tidak mampu bertindak lebih. Jadi kita tetap harus tekun.
2. Jangan pernah mencari blog kita dari halaman satu sampai 86 secara teliti.
3. Mangga muda enak untuk rujak (lho?!?)

No comments:

Post a Comment